MAKALAH ILMU PRODUKSI TERNAK POTONG
SAPI POTONG
Disusun Oleh :
Surya Eka Tabara
( A. 1510652 )
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS DJUANDA
BOGOR 2016/2017
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
1.1 Latarbelakang
Karakteristik dan jenis sapi potong
Sapi potong merupakan sapi yang dipelihara dengan
tujuan utama sebagai penghasil daging. Sapi potong biasa disebut sebagai sapi
tipe pedaging. Adapun ciri-ciri umum sapi potong adalah tubuh besar, badan
simetris (berbentuk segi empat/balok), kualitas daging maksimum, laju
pertumbuhan cepat serta efisiensi pakan tinggi.
Secara umum karakteristik ternak sapi adalah sebagai
berikut :
Phylum :
Chordata
Sub Phylum :
Vertebrata
Class :
Mamalia
Sub Class :
Plasentalia
Ordo :
Ungulata
Sub Ordo :
Archolactyla
Rumpun :
Selonodat
Family :
Bavodae
Genus :
Bos
Sub Genus :
Taurina, Bisantia, Bibavina, Bubolina,
Lepsoburina
Spesies :
Bos Indicus, Bos Taurus, Bos Sondaicus
1.2 Tujuan
Memperkenalkan
sapi potong mulai dari sejarah asal mula sapi potong hingga memperkenalkan
cici-ciri sapi potong mulai dari warna sampai bobot sapi dari berbagai jenis
dan bangsa sapi potong.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah dan Karakteristik Sapi Potong
A.
Sejarah.
Jenis sapi pertama yang akan kita bahas adalah
jenis sapi Limousine, sapi ini adalah jenis sapi import yang banyak dicari di Indonesia
sapi ini sering menjadi tolak ukur kesuksesan karena ada event tertentu sapi
ini selalu jadi momok orang sukses. Limousine termasuk dalam kategori jenis
sapi tertua, banyak gambar digoa yang dibuat nenek moyang orang Prancis yang
menggambarkan bentuk sapi yang sangat mirip dengan sapi Limousine.
Limousine tinggal didaerah
yang sangat dingin dan rumput juga tidak terlalu tumbuh subur disana, tetapi
kehidupan mereka yang sangat keras ini membuat Limousine berkembang menjadi
sapi dengan tubuh yang baik, ditambah peternak Prancis pada saat itu sangat
menjada kualitas sapi mereka. Sekarang ini sapi Limousin memang dikembang biakkan
dengan cara digemukkan untuk dipotong, berat rata-rata sapi Limousin betina
dewasa adalah 650kg sedangkan berat rata-rata sapi jantan adalah 1000kg.
B.
Karakteristik.
Sapi Limousin merupakan
keturunan sapi Eropa (Bos Taurus) yang berkembang di Prancis. Karakteristik
sapi Limousin adalah pertambahan badan yang cepat perharinya sekitar 1,1kg, tinggi mencapai 1,5m, bulu
tebal yang menutupi seluruh tubuh warnanya mulai dari kuning sampai merah ke
emasan, tanduknya berwarna cerah, bobot lahir tergolong kecil sampai medium
(sapi betina dewasa mencapai 575kg dan pejantan dewasa mencapai berat 1100kg),
fertilisasi cukup tinggi, mudah beranak, mampu menyusui, dan mengasuh anak
dengan baik serta pertumbuhannya cepat
(Blakely dan Bade, 1994). Sapi Limousin merupakan sapi pedaging bertipe besar
dan mempunyai volume rumen yang besar. Keunggulan sapi Limousin dari segi
pertumbuhan badannya yang sangat cepat.
Sapi Limousin dapat
bereproduksi secara optimal pada daerah yang beriklim temperatur dengan suhu
antara 4-15°C dengan mendapat hijauan serta konsentrat yang bernilai tinggi
(Meyn, 1991). Menurut Thomas (1991), sapi Limousin memiliki berat lahir
rata-rata 39,95kg dengan berat sapih pada umur 205 hari yaitu 198kg. Sapi
Limousin termasuk kualitas ternak potong berkualitas baik, bentuk tubuhnya
panjang, dan tingkat pertumbuhannya tinggi (Suharyati dan Madi, 2011).
Sapi Limousin murni masih
sulit ditemukan di Indonesia. Sapi Limousin yang dipelihara oleh peternak
umumnya merupakan hasil persilangan dengan sapi lokal. Kebanyakan sapi Limousin
di Indonesia adalah Limousin Cross. Persilangan tersebut misalnya dengan
peranakan Ongole (PO), Brahman, Hereford. Persilangan sapi Limousin dengan sapi
Ongole dikenal sebagai sapi Limpo (Limousin Ongole). Sapi limpo memiliki ciri
tidak berpunuk, tidak bergelambir, dan warna bulunya hanya berwarna cokelat
kehitaman atau cokelat muda (Syamsul dan Ruhyadi. 2013).
Menurut BBIB Singosari, ciri-ciri sapi Limousin adalah
:
·
Warna
cokelat muda, kuning agak kelabu.
·
Bentuk
tubuh besar, panjang, kompak dan padat.
·
Cocok
didaerah yang mempunyai curah hujan tinggi.
Keunggulan sapi Limousin :
·
Pertumbuhan
badan sangat cepat.
·
Berat
jantan dewasa mencapai lebih 1000kg.
·
Kualitas
daging tinggi.
·
Telah
dikenal dan disukai peternak.
A.
Sejarah.
Sapi Simmental dikalangan peternak popular dengan nama sapi metal, dan
sebagian peternak atau pedagang sapi kadang salah dengan menyebutnya sapi limousin.
Sapi Simmental adalah bangsa bos Taurus (Talib dan Siregar,1999), sapi
Simmental namanya berasal dari nama daerah dimana ternak pertama kali dibiakkan
yaitu limbah simme yang terletak di Oberland Berner di Swiss. Sementara itu di
Jerman dan Australia sapi Simmental dikenal dengan nama Fleckvieh, dan di
Prancis sebagai Pie Rouge. Sekarang berkembang lebih cepat di Benua Eropa dan
Amerika, warna bulu cokelat kemerahan (merah bata), dibagian muka dan lutut
kebawah serta ujung ekor berwarna putih, sapi jantan dewasanya bisa mencapai
bobot badan 1150kg, sedangkan pada betina dewasanya 800kg. Sejak berkembang
biak di Swiss kini sapi Simmental telah menyebar dan berkembang biak dengan
baik di seluruh enam benua. Jumlah total diperkirakan antara 40-60 juta sapi
Simmental diseluruh dunia, dengan lebih dari setengah di Eropa.
Penyebarannya sendiri dilakukan secara bertahap sampai akhir 1960-an.
Catatan menunjukan bahwa beberapa sapi Simmental yang di eksport ke Italia pada
awal 1400-an. Selama abad ke-19, sapi Simmental dibagikan melalui sebagian
besar dari Eropa Timur, Brazil, Jepang, Cina dan Rusia, akhirnya mencapai
Afrika Selatan pada tahun1895. Guatemala mengimport sapi Simmental pertama
kebelahan bumi Barat pada tahun 1897, berikutnya Brazil pada tahun 1918 dan
Argentina pada tahun 1922. Pada tahun 1976 juga dikirim ke Republik Cina.
Sapi Simmental mempunyai daya hidup yang lebih lama, pada umur 12 tahun
sapi ini masih mampu menghasilkan pedet yang bagus. Selain sebagai sapi potong,
induk sapi Simmental dapat menghasilkan susu yang berkualitas baik dan di
konsumsi. Oleh karena itu sapi Simmental merupakan bangsa sapi yang ideal untuk
digunakan dalam persilangan.
B.
Karakteristik
Sapi Simmental berasal dari Swiss, dipublikasikan pertama kali pada tahun 1806. Pada tahun 1990 bulu
sapi Simmental berwarna kuning, merah dan putih. Pada dewasa ini kebanyakan
berwarna hitam. Peternak berkeyakinan sapi hitam mempunyai harga yang lebih
baik.
Sapi Simmental adalah jenis sapi jinak dan mudah dikelola, dan dikenal
dengan pola daging yang ekstrim. Sapi Simmental yang asli badannya besar dengan
tulang iga yang dangkal, tetapi akhir-akhir ini tubuh yang sedang lebih
disenangi. Bobot sapi jantan dewasa adalah 1000-1400kg, sedangkan bobot betina
dewasa adalah 600-850kg. Masa produksi sapi betina 10-12 tahun.
Secara
genetik, sapi Simmental adalah sapi potong yang berasal dari wilayah beriklim
dingin, merupakan sapi tipe besar, mempunyai volume rumen yang besar, voluantry
intake (kemampuan menambah konsumsi diluar kebutuhan yang sebenarnya) yang
tinggi dan metabilc rate yang cepat, sehingga menuntut tata laksana
pemeliharaan yang lebih teratur
A.
Sejarah
Sapi Brahman yang banyak dikenal juga dengan Brahman adalah jenis sapi
yang berasal dari India. Awalnya sapi
ini adalah sapi yang disucikan oleh masyarakat India, dengan cuaca di India
yang ekstrim membuat sapi Brahman harus kuat untuk bertahan hidup, melihat
begitu kuat fisik dari sapi ini membuat salah satu peternak sapi yang berasal
dari Amerika mencoba mengembang biakkan jenis sapi ini didataran Amerika. Dengan
teknologi yang memadai di Amerika, sapi Brahman kini telah menjadi sapi dengan
kualitaas daging yang baik, bobot ukurannya pun berubah. Sekarang sapi Brahman
yang di import dari Amerika dapat memiliki berat 2200kg pound atau sekitar
900kg.
Sapi Brahman merupakan sapi yang berasal dari India, termasuk dalam Bos
Indicus, yang kemudian di eksport ke seluruh dunia. Jenis yang utama adalah
kenkrej (Guzerat), Nelore, Gir, dan Ongole. Ciri-ciri sapi Brahman mempunyai
punuk besar dan gelambir yang memanjang berlipat-lipat dari kepala ke dada.
Memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi, daya tahan terhadap panas juga lebih baik
dari sapi Eropa karena lebih banyak memiliki kelenjar keringat, kulit berminyak
diseluruh tubuh yang membantu resistensi terhadap parasit.
B.
Karakteristik
Karakteristik sapi Brahman berukuran sedang dengan berat jantan dewasa
800-1000kg, sedangkan betina dewasa 500-700kg, berat pedet yang baru lahir
antara 30-35kg, dan dapat tumbuh cepat dengan berat sapih kompetitif dengan
jenis sapi lainnya. Presentase karkas 48,6-54,2%, dan pertambahan berat harian
0,83-1,5kg.
Sapi
Brahman memiliki warna yang bervariasi, dari abu-abu muda, merah sampai hitam.
Kebanyakan berwarna abu-abu muda dan abu-abu tua. Sapi jantan berwarna lebih
tua dari sapi betina dan memiliki warna gelap di daerah leher, bahu, dan paha
bagian bawah. Sapi Brahman dapat beradaptasi dengan baik terhadap panas, mereka
dapat bertahan pada suhu 8-105°F, tanpa gangguan selera makan dan produksi
susu. Sapi Brahman banyak dikawin silangkan dengan sapi Eropa dan dikenal
dengan Brahman Cross (BX).
A.
Sejarah
Menurut Minish dan Fax (1979) dalam (Priyo 2008) sapi Brahman hasil
persilangan dengan Hereford disebut dengan Brahman Cross (BX). Masih dalam
priyo (2008), Tuner (1977) menambahkan bahwa sapi Brahman Cross (BX) pada
awalnya dikembankan di stasiun CSIRO’S Tropical Cattle Research Center di
Rochkhampton Australia.materi dasarnya adalah American Brahman, Hereford dan
Shortorn.
B.
Karakteristik
Sapi BX mempunyai proporsi 50% darah Brahman, 25% darah Hereford,dan 25%
adalah darah Shortorn. Secara fisik bentuk fenotip sapi BX lebih cenderung
mirip sapi American Brahman karena proporsi darahnya lebih dominan, seperti
punuk dan gelambir masih jelas, bentuk kepala dan telinga besar dan
menggantung, sedangkan dengan warna kulit sangat bervariasi mewarisi tetuanya.
Di Indonesia sapi BX di import dari Australia sekitar pada tahun 1973 namun
penampilan yang dihasilkan tidak sama dengan di Australia.
Sapi BX mempunyai sifat-sifat seperti :
Presentase
kelahiran 81,2%. Rataan bobot lahir 28,4kg, bobot umur 13 bulan mencapai 212kg
dan umur 18 bulan bisa mencapai 295kg. Angka mortalitas postnatal sampai umur 7
hari sebesar 5,2%, mortalitas sebelum disapih 4,4%, mortalitas setelah sapih
sampai umur 15 bulan sebesar 1,2% dan mortalitas dewasa sebesar 0,6%.
Daya tahan panas cukup tinggi karena produksi panas basal rendah dengan
mengeluarkan panas yang efektif. Ketahanan terhadap penyakit dan parasit sangat
baik, serta efisiensi penggunaan pakan
terletak antara sapi Brahman dan persilangan Hereford Shortorn (Turner, 1997
dalam Priyo, 2008)
A.
Sejarah
Sapi
Brangus merupakan hasil persilangan sapi betina Brahman dan pejantan Angus.
Komposisi genetiknya 3/8 Brahman dan 5/8 Aberdeen Angus. Sapi Brangus berasal
dari Oklahoma, Amerika Serikat. Sapi Brangus ini juga merupakan salah satu dari
jenis BX ( Brahman Cross).
B.
Karakteristik
Ciri khasnya adalah warna hitam dan tanduk kecil. Untuk ciri yang
lainnya adalah leher dan telinga pendek, punggung lurus, badan kompak dan
padat, kaki kuat dan kokoh. Sifat Brahman yang diwarisi Brangus adalah dengan
adanya punuk, tahan udara panas, tahan gigitan serangga dan mudah menyesuaikan
diri dengan pakan yang mutunya kurang baik. Sedangkan sapi Angus yang diturunkan
produktivitas daging dan presentase karkasnya tinggi.
Keunggulan sapi Brangus antara lain tubuh besar dan kompak,
pertumbuhannya cepat, berat badan dewasa diatas 900kg, tahan terhadap iklim
tropis dan pakannya sederhana. Sapi Brangus merupakan tipe dwiguna (dual
purpose) jadi dapat berfungsi sebagai penghasil daging dan penghasil susu.
Sebagai penghasil daging, karkas sapi Brangus di kabupaten Sragen dapat
mencapai +53% dengan kualitas daging : protein 11,5% dan lemak 8,8% dengan
lebel 14 dan dinyatakan sebagai daging baik (hasil uji Lab. BPPV Yogyakarta)
sebagai penghasil susu, induk sapi
Brangus yang baru melahirkan mampu memproduksi susu sampai +4 liter/ekor.
A.
Sejarah
Jenis sapi yang awalnya berasal dari Skotlandia berkembang dibeberapa
negara Eropa termasuk Inggris dan
Australia, lalu belakangan ini sapi Aberdeen angus banyak ditemukan di Amerika
sebagai sapi ternak, tercatat ada sekitar 323.000an sapi Aberdeen Angus yang diternakkan
di Amerika Serikat. Kebanyakan sapi ini memiliki warna hitam dengan bibit yang
sangat besar, selain kualitas dagingnya yang baik Aberdeen Angus juga memiliki
daya tahan tubuh yang tak kalah dengan sapi Brahman karena survey di Amerika
membuktikan bahwa jarang sekali sapi Aberdeen angus sakit karena cuaca buruk.
B.
Karakteristik
Sapi Angus (Aberdeen Angus) berasal dari Inggris dan Skotlandia. Sapi
ini tidak memiliki tanduk pada umur dewasa sapi Angus adalah 2 tahun, hasil
karkas tinggi sebagai penghasil daging dan tidak dipergunakan sebagai penghasil
susu. Pedet ukurannya kecil sehingga induk tidak mengalami banyak stress saat
proses melahirkan. Untuk memperbaiki genetik sapi ini sering dikawin silang
dengan sapi lain, misalnya sapi Brahman. Hasil tersebut disebut Brangus
(Brahman Angus).
Di
Indonesia sapi Angus diperkenalkan pada tahun 1973 dari Selandia Baru
dibeberapa tempat di jawa tengah. Ciri sapi ini berbulu hitam legam, berukuran
agak panjang, keriting dan halus. Tubuhnya kekar padat, rata, panjang dan
ototnya kompak, tidak bertanduk dan kakinya pendek. Berat sapi jantan dewasa
900kg, sedangkan sapi betina dewasa 700kg. Presentase karkas 60%, dengan mutu
daging yang sangat baik dengan lemak yang menyebar dengan baik didalam daging.
A.
Sejarah
Shorthorn
adalah sapi yang pengembangannya berasal dari negara Inggris bagian utara. Sapi
Shorthorn betina dapat mencapai bobot di atas 850kg, sementara sapi Shorthorn
jantan dewasa dapat mencapai bobot di atas 1100 kg, Pada mulanya sapi Shorthorn merupakan tipe sapi perah.
Sapi ini pertama kalinya di eksport dari inggris ke amerika pada sekitar tahun
1718. Sapi ini juga
disebut sebagai sapi dari jenis sapi Durham.
B.
Karakteristik
Sapi
Shorthon mempunyai beberapa ciri khas yaitu berbulu putih, cokelat tua atau
cokelat bata, memiliki kepala yang pendek dan
melebar, memiliki ukuran tanduk yang pendek menjalur kearah samping dan
ujungnya melengkung kearah depan, memiliki leher dengan ukuran pendek namun
besar, memiliki bidang dada yang rata, memiliki bentuk bahu yang lebar, berdaging tebal dan serat
dagingnya kuat, mempunyai tulang rusuk yang melengkung melebar, garis
punggungnya lurus hingga pangkal ekor.
Sapi
Shorthrn mempunya kelebihan tersendiri dalam kesuburannya serta memiliki sifat
keindukan yzng baik. Tingkat emosinya sangat baik serta pertumbuhannya sangat
cepat. Selain itu sapi Shorthorn mempunyai kemampuan beradaptasi dengan
lingkungan berbeda dengan baik. Dan juga memiliki kemampuan memanfaatkan pakan
secara efisien serta mampu memproduksi susu dengan produksi yang tinggi.
A.
Sejarah
Droughtmaster adalah jenis sapi yang diciptakan hasil persilangan antara
varietas sapi Zebu Melbourne (bos indicus atau sapi berpunuk) and bos Taurus,
zero Melbourne adalah varietas sapi asal Australia yang sangat kuat berada
dicuaca tropis ekstrim dan bos Taurus
adalah varietas sapi keturunan Inggris yang terkenal dengan bentuk tubuh yang
proposional. Kini Droughtmaster masuk dalam jenis sapi ukuran menengah dengan
warna tan untuk kemerahan.
B.
Karakteristik
Sapi
Droughmaster merupakan persilangan antara betina Brahman dan jantan Shorthorn,
dikembangkan di Australia. Banyak dijumapai di peternakan di Indonesia. Sifat
Brahman lebih dominan, badannya besar dan ototnya padat. Warna bulu merah
cokelat muda hingga merah atau cokelat tua. Pada ambing betina terdapat bercak
warna putih.
A.
Sejarh
Sapi yang dikembang biakan di daerah herefordsire Inggris adalah jenis
sapi yang sangat besar malah pada dahulu bibit sapi ini lebih besar dari
keturunan Hereford sekarang, seorang peternak sapi yang bernama Benjamin Tomkins
menulis pada bukunya bahwa ia pernah memelihara sapi Hereford deengan berat
sebeesar 3.900 pound atau sekitar 1,7 ton. Walaupun begitu, sapi Hereford masih
memiliki berat ideal sekarang ini walaupun tidak sebesar dahulu, berat sapi
Hereford jantan dewasa bisa mencapai 1.800 pound dan rata-rata berat betina
sekitar 1.200 pound.
B.
Karakteristik
Sapi
Hereford berasal dari sapi Eropa yang dikembangkan di Inggris, berat jantan dewasa rata-rata 900kg dan berat betina
dewasa 725kg. Bulunya berwarna merah kecuali bagian muka, dada, perut bawah, dan ekor berwarna
putih. Bentuk badan membulat panjang dengan ukuran lambung besar. Sebagian sapi
bertanduk dan yang lainnya tidak.
A.
Sejarah
Memang nama ini tidaklah sepopuler jenis Simmental dan limousin. Sapi
Santa Gertrudis ini merupakan hasil silangan dua jenis sapi unggul yaitu hasil
persilangan pejantan Brahman dan betina Shorthorn yang dikembangkan pertama
kali di King Ranch Texas Amerika Serikat tahun 1943. Sapi jenis santa gertrudis
ini masuk ke Indonesia pada tahun 1973.
B.
Karakteristik
Bobot jantan dewasa rata-rata 900kg dan betina dewasa 725kg. Badan sapi
besar dan padat. Seluruh tubuh dipenuhi bulu halus dan pendek serta berwarna merah
kecokelatan. Punggungnya lebar dan dada berdaging tebal. Kepala lebar, dahi
agak berlekuk dan mukanya lurus. Gelambir lebar ada dibawah leher dan perut.
Sapi jantan berpunuk kecil dan kepalanya bertanduk. Berat sapi jantan dewasa
mencapai 900kg sedangkan betina dewasa mencapai 725kg.
Dibanding sapi Eropa sapi Santa Gertrudis mempunyai toleransi terhadap
panas yang lebih baik dan pakan yang sederhana dan tahan gigit caplak.
A.
Sejarah
Sapi Madura adalah bangsa sapi potong asli Indonesia yang terbentuk dari
persilangan antar Banteng dengan Bos Indicus atau sapi Zebu (Harddjosubroto dan
Astuti, 1994), yang secara genetik memiliki sifat toleran terhadap iklim panas
dan lingkungan marginal serta tahan terhadap serangan caplak (Anonimus, 1987).
Sapi
Madura bukan merupakan varietas sapi asli. Sapi Madura terkenal dengan sapi
yang kuat akan cuaca tropis, tahan terhadap penyakit serta memiliki daya tahan
akan caplak dan kutu. Sapi Madura termasuk jenis sapi potong tetapi banyak
masyarakat Madura merawat mereka sebagai sapi pacuan dan lomba, bobot sapi
Madura yang ideal adalah 500kg.
B.
Karakteristik
Karakteristik
sapi Madura sudah sangat beragam, yaitu bentuk tubuhnya kecil, kaki pendek dan
kuat, bulu berwarna merah bata agak kekuningan tetapi bagian perut dan paha
sebelah dalam berwarna putih dengan perlihatan yang kurang jelas, bertanduk
khas dan jantannya bergumba.
Ciri-ciri umum
sapi Madura :
·
Baik
jantan atau betina sama-sama berwarna merah bata.
·
Paha
belakang berwarna putih.
·
Kaki
depan berwarna merah muda.
·
Tanduk
pendek beragam. Pada betina kecil pendek berukuran 10cm, sedangkan pada jantan
berukuran 15-20cm.
·
Panjang
badan mirip sapi bali tetapi memiliki punuk walaupun berukuran kecil secara
umum.
A.
Sejarah
Sapi ongol adalah salah satu varietas sapi zebu atau sapi berpunuk, sapi
ongol merupakan sapi yang berasal dari India tetapi banyak juga ditemukan di
Indonesia. Sapi Ongole umumnya berwarna putih dan keabu-abuan, sapi Ongole
memiliki ciri punuk yang besar dan badan yang agal bergelambir dengan bibit
berat sekitar 450kg, kualitas daging Ongole
sebenarnya tidak terlalu baik dibandingkan dengan jenis sapi lain tetapi
harganya sapi Ongole yang terbilang relative murah membuat sapi ini laku dipasaran
masyarakat Indonesia. Sapi Ongole banyak dikawinkan dengan sapi Jawa sehingga ada
istilah sapi PO (peranakan Ongole ) yang mirip dengan Ongole walaupun agak
sedikit kecil.
B.
Karakteristik
Sapi Ongole merupakan jenis ternak berukuran sedang, dengan gelambir
yang longgar dan menggantung. Badannya panjang sedangkan lehernya pendek,
kepala bagian depan lebar diantara kedua mata, bentuk mata elips dengan bola
mata berwarna hitam. Telinga agak kuat, ukuran 20-25cm dan agak menjatuh.
Tanduk pendek dan tumpul, tumbuh kedepan dan ke belakang. Pada pangkal tanduk
tebal dan ada retakan.
Warna sapi Ongole yang popular adalah putih. Sapi jantan pada kepalanya
berwarna abu tua, pada leher dan kaki kadang-kadang berwarna hitam. Warna ekor
putih, kelopak mata putih dan otot berwarna segar, kuku berwarna cerah dan
badan berwarna abu tua. Sapi ini lambat dewasa, pada umur 4 tahun mencapai
dewasa penuh. Bobot jantan dewasa sampai 600kg dan betina dewasa 300-400kg
dengan berat lahir 20-25kg, presentase karkas 45-58% dengan perbandingan daging
: tulang 3,23 : 1.
A.
Sejarah
Sapi Sumba Ongole adalah keturunan murni sapi Nellore dari India yang
didatangkan ke Indonesia. Sapi ini kemudian dikembangkan secara murni di pulau
Sumba dan merupakan sumber indukan sebagian besar sapi Ongole di dalam negeri.
Sapi-sapi india dimasukkan pertama kali oleh pemerintah Hindia Belanda kepulauan
Sumba, pada awal abad ke-20, sekitar tahun 1906-1907. Dari empat jenis sapi,
yang dimasukkan ke Sumba saat itu, yaitu sapi Bali, sapi Madura, sapi Jawa, dan
sapi Ongole. Ternyata hanya sapi Ongole yang mampu beradaptasi dengan baik dan
berkembang dengan cepat, di pulau yang sangat panjang musim kemaraunya ini.
Sekitar 7-8 tahun kemudian, pada tahun 1914, pemerintah Hindia Belanda
menetapkan pulau Sumba sebagai pusat pembibitan sapi Ongole murni. Upaya ini disertai
dengan memasukkan 42 ekor sapi pejantan, berikut 496 ekor sapi Ongole betina
serta 70 ekor sapi anakan Ongole.
Pada tahun 1917, untuk pertama kali sapi Sumba Ongole dieksport ke daerah
Sulawesi Utara, Kalimantan, dan Jawa. Dalam Laporan Dinas Peternakan Kabupaten
Sumba Timur (1989) tercatat, pada tahun 1917 pulau Sumba sudah mengeksport 6
ekor bibit sapi Sumba Ongole pejantan. Dua tahun kemudian pada tahun 1919,
eksport sapi Sumba Ongole dari pulau sumba tercatat sebanyak 254 ekor, dan pada
tahun 1929 meningkat mencapai 828 ekor. Sapi-sapi asal Sumba ini pun memiliki
merek dagang, sapi Sumba Ongole (SO).
Perkembangan selanjutnya, sumba kembali ditentukan sebagai pusat
pembibitan sapi Ongole murni di masa pemerintahan Soeharto, melalui
Undang-Undang Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan Nomor 6 Tahun 1967.
B.
Karakteristik
Sapi
Sumba Ongole sangat mudah dikenali. Warna kulitnya putih, disekitar kepala
sedikit gelap cenderung abu-abu. Postur tubuhnya agak panjang, leher sedikit
pendek dan kaki terlihat panjang. Bobot maksimal sapi jantan dewasa 600kg dan
sapi betina 400kg. presentase karkas 46-58% dan perbandingan daging serta
tulang 4,25 : 1.
A.
Sejarah
Pada tahun 1930-an, pemerintah Hindia-Belanda dengan kebijakan di bidang
peternakan yang disebut Ongolisasi mengawin silangkan sapi Ongole dengan sapi
Jawa, untuk memperbaiki ukuran dan bobot badan sehingga lahirlah sapi Peranakan
Ongol (PO).
Sesuai dengan induk persilangannya, Maka sapi PO terkenal sebagai sapi pedaging dan sapi pekerja,
mempunyai kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap perbedaan kondisi lingkungan,
memiliki tenaga yang kuat dan aktivitas produksi induknya cepat kembali normal
setelah beranak, jantannya memiliki kualitas semen yang baik.
B.
Karakteristik
Sapi Peranakan Ongole memiliki bulu berwarna putih atau kelabu, bentuk
kepala pendek melengkung, telinga panjang menggantung, dan perut agak besar.
Pada sapi PO jantan kadang dijumpai bercak-bercak berwarna hitam pada lututnya,
mata besar terang, dan dilingkari kulit berjarak sekitar 1 cm dari mata berwarna hitam. Ciri khas yang
membedakan sapi PO dengan sapi lainnya adalah punuk diatas gumba, kaki panjang
berurat kuat, serta ada gelambir yang menggantung dari bawah kepala, leher
sampai perut. Saat dewasa, jantan PO bisa mencapai bobot sekitar 600kg dan yang
betina rata-rata 450kg. Pertambahan bobot sapi PO berkisar antara 0,4-0,8kg/hari.
A.
Sejarah
Sapi
Bali merupakan keturunan Banteng liar (Bos Bibos atau Bos Sondaicus) yang telah
mengalami proses domestikasi selama berabad-abad. Domestikasi sapi Bali diduga
terjadi di Asia Tenggara dan terpusat di Indonesia. Sapi Bali didomestikasi
selama lebih kurang 3500 SM (Rolinson, 1984). Sapi Bali merupakan satu dari
empat bangsa sapi lokal utama (Aceh, Pesisir, Madura, dan Bali) di Indonesia.
Hubungan antara sapi Bali dan sapi lokal lainnya telah banyak diteliti, salah
satunya dengan analisis DNA Mitokondria. Menurut Kusdiantoro (2009) hubungan
maternal dari sapi Bali asli dari empat tempat berbeda (Sulawesi, Bali,
Sumatera Selatan, dan Sumatera Barat) berhubungan erat dengan Banteng ditinjau
dari analisis DNA Mitokondria (mt), Kromosom Y (Y) dan Mikrosatelit Alel Autosom
(µst).
B.
Karakteristik
Sapi Bali terkenal karena keunikan dan keunggulannya dibanding jenis
sapi lain. Sapi Bali memiliki banayak sifat unggul diantaranya reproduksi
sangat baik, cepat beranak, mudah beradaptasi dengan lingkungan yang sangat ekstrim,
tahan terhadap penyakit, dapat hidup dilahan kritis, memiliki daya cerna yang baik terhadap pakan
dan persentase karkas yang tinggi. Tidak heran bila sapi Bali merupakan jenis
sapi terbaik diantara sapi-sapi yang ada di dunia.
Secara fisik, sapi Bali mudah dikenali karena memiliki ciri-ciri sebagai
berikut : warna bulunya pada badannya akan berubah sesuai usia dan jenis
kelaminnya, sehingga termasuk hewan dimoprhismsex. Pada saat masih “Pedet”,
bulu badannya berwarna sawo matang sampai kemerahan, setelah dewasa sapi Bali
jantan berwarna lebih gelap bila dibandingkan
dengan sapi Bali betina. Warna bulu sapi Bali jantan biasanya berubah
dari merah bata menjadi cokelat tua atau hitam setelah sapi itu mencapai dewasa
kelamin sejak umur 1,5 tahun dan menjadi hitam mulus pada umur 3 tahun. Warna
hitam dapat berubah menjadi cokelat tua atau merah bata kembali apabila sapi
Bali jantan itu dikebiri, yang disebabkan pengaruh hormone Testosterone. Kaki
dibawah persendian telapak kaki depan (Articulatio Carpo Metacarpeae) dan
persendian telapak kaki belakang (Articulatio
Tarco Metatarseae) berwarna putih. Kulit yang berwarna putih juga
ditemukann pada bagian pantatnya dan pada paha dalam kulit berwarna putih
tersebut berbentuk oval (white mirror). Warna bulu putih juga dijumpai pada
bibir atas/bawah, ujung ekor dan tepi daun telinga. Kadang-kadang bulu putih
terdapat diantara bulu yang cokelat (merupakan bintik-bintik putih) yang
merupakan kekecualian atau penyimpangan yang ditemukan sekitar kurang dari pada
1%. Bulu sapi Bali dapat dikatakan bagus (halus) pendek-pendek dan mengkilap.
Ukuran badan berukuran sedang dan bentuk
badan memanjang.
Badan padat dengan dada yang mendalam. Tidak berpunuk dan seolah-olah
tidak bergelambir kakinya ramping, agak pendek menyerupai kaki kerbau. Pada
tengah-tengah (median) punggungnya selalu ditemukan warna hitam membentuk garis
(garis belut) memanjang dari gumba hingga pangkal ekor. Cermin hidung, kuku dan
bulu ujung ekornya berwarna hitam tanduk
pada sapi jantan tumbuh agak ke bagian luar kepala, sebaliknya untuk jenis sapi
betina tumbuh kebagian dalam.
Bobot badan sapi Bali sangat respondensif terhadap usaha-usaha
perbaikan. Beberapa faktor yang mempengaruhi pertambahan bobot badan adalah
jenis kelamin, perlakuan, lingkungan, dan faktor keturunan. Pada umur 1,5 tahun
bobot sapi Bali mencapai 217,9kg. Apabila konsentrat tinggi maka kenaikan bobot
badan bisa mencapai 0,87kg/hari. Sapi Bali memiliki kemampuan untuk
mempertahankan kondisi dan bobot badannya meskipun dipelihara di padang
penggembalaan yang kualitasnya rendah. Disamping itu kemampuannya mencerna
serat dan memanfaatkan protein pakan lebih baik dari pada sapi lainnya.
Dari segi reproduksi, sapi Bali termasuk sapi yang subur. Persentase
beranaknya berkisar antara 40-80%, tinggkat reproduksi yang tinggi ini terlihat
dari selang beranak yang pendek yakni mendekati satu tahun. Fertilitas sapi
Bali berkisar 83-86%, lebih tinggi dibandingkan sapi Eropa yang 60%.
Sapi Bali merupakan ternak potong andalan Indonesia. Ternak ini memiliki
persentase karkas yang tinggi, lemaknya sedikit serta perbandingan tulang dan
dagingnya sangat rendah. Dari segi
produksi karkas, sapi Bali memiliki persentase karkas yang tinggi dari pada
sapi unggul lainnya. Persentase sapi Bali berkisar 56-57%.
Keunggulan
sapi Bali tampak pada hidupnya yang sederhana, mudah dikendalikan dan jinak.
Sapi Bali dapat hidup dengan memanfaatkan hijauan yang kurang bergizi, tidak
selektif terhadap makanan, dan memiliki daya cerna terhadap makanan serat yang
cukup baik. Kelebihan yang paling mencolok adalah kemampuan beradaptasi dengan
baik pada kondisi lingkungan yang kuranng menguntungkan, terutama pada daerah
baru yang belum ada ternak sapi atau belum mengenal budidaya pemeliharaan sapi.
Oleh karena sifat inilah sapi Bali sering disebut sebagai sapi perintis atau
sapi pelopor. Sapi Bali termasuk ternak dwiguna, yaitu dapat dimanfaatkan
sebagai ternak kerja dan ternak potong. Sebagai ternak kerja, sapi Bali
tergolong kuat dan cepat dalam mengerjakan lahan pertanian karena memiliki kaki
yang bagus dan kuat debandingkan dengan sapi Peranakan Ongole. Sapi Bali yang dapat
diandalkan untuk pembangunan subsector pertanian ini memiliki beberapa
kelemahan yang menjadi faktor pembatas dalam program pengembangan sapi Bali. Kelemahan
tersebut antara lain ukuran tubuhnya relative kecil, produksi susu rendah
sekitar 1-1,5 l/hari sehingga pertumbuhan anak sapi lambat, dan masih tingginya
angka kematian anak pada pemeliharaan secara ekstensif, selain itu sapi Bali
mudah terserang penyakit khusus seperti penyakit jembrana dan ingusan.
16.
Sapi Angus.
A.
Sejarah
Sapi Angus merupakan yang mempunyai tingkat kualitas karkas yang sangat bagus, serta mempunyai ketahanan
terhaadap penyakit dan merupakan keturunan dari sapi Brahman. Sapi Angus ini
masuk ke Indonesia melalui Selandia Baru.
Sapi ini juga mempunyai tingkat produktivitas dalam berkembang biak yang sangat bagus, dimana
betinanya mempunyai kemampuan yang sangat
bagus untuk berkembang biak dan menyusui anaknya.
B.
Karakteristik
Bangsa sapi angus ini berasal
dari negara skonlandia yang diimpor ke amerika untuk disilangkan dan
dikembangkan guna meningkatkan industri sapi pedaging. Bangsa
sapi angus memiliki ciri-cirinya, yaitu :
·
Sapi
angus ini warnanya hitam dengan bulu yang halus dan tidak bertanduk.
·
Ukuran
badannya relatif kecil yaitu yang jantan dapat mencapai berat badan sampai 850
kg sedang yang betina mencapai 675 kg.
·
Berat
lahir dan berat sapihnya termasuk golongan kecil.
·
Sifat-sifat
yang menonjol dan mempunyai arti penting adalah tahan terhadap hawa dingin,
mempunyai kemampuan memelihara anak, fertilitasnya tinggi.
·
Kualitas
karkas istimewa dengan tulang-tulang yang kecil, perdagingan baik dan
persentase lemak yang rendah.
·
Rata-rata
pertambahan berat badan harian (ADG) dapat mencapai 1,1 kg sampai 1,2 kg/hari.
Bangsa sapi ini di Indonesia
dikembangkan di daerah Kabupaten Sragen dan hasil silangnya
(keturunannya) memiliki ADG sebesar 0,58 kg per
hari.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada sapi potong terdiri dari
berbagai bangsa dan jenis sapi potong. Terdiri dari bangsa Bos Taurus, golongan sapi-sapi
eropa, Bos Indicus, golongan sapi-sapi berpunuk, Bos Sondaicus, golongan
banteng (Bos Banteng).
a.
Bos Taurus
·
Sapi Angus
·
Sapi Hereford
·
Sapi Shorthorn
·
Sapi Simmental
·
Sapi Limousin
·
Sapi
Aberdeen Angus
b.
Bos Indicus
·
Sapi Brahman
·
Sapi
Brahman Cross (BX)
·
Sapi
Brangus
·
Sapi
Droughmaster
·
Sapi Ongole
·
Sapi
Sumba Ongole (SO)
·
Sapi Peranakan
Ongole (PO)
·
Sapi
Santa Gertrudis
c.
Bos Sondaicus
·
Sapi Bali
·
Sapi
Madura
DAFTAR PUSTAKA
Blakely, J.
dan D. H. Bade. 1994. Ilmu Peternakan Cetakan ke-4. Gajah Mada University
press,
Yogyakarta
(Diterjemahkan oleh B. Srigandono).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar